Fery Pamawisa. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Etika Bisnis Dalan Kehidupan Ekonomi (Adria Carolina)


ETIKA BISNIS DALAM KEHIDUPAN EKONOMI
Adria Carolina – 111421500

BAB 1
Pendahuluan
A.                Latar  Belakang
Etika merupakan salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia, yaitu kehidupan ekonomi. Filsafat tidak sekedar berdialog dengan realitas social ekonomi yang ada namun juga ikut serta menyumbangkan gagasan pemecahan permasalahan yang menyimpang didalam dunia bisnis pada umumnya dan bisnis perbankan pada khususnya. Karna itu, Etika bisnis berusaha menanggulangi penyimpangan-penyimpangan yang seharusnya sejalan dengan prinsip-prinsip etika bisnis bangsa Indonesia yang mengakar tau sistem nilai masyarakat kita. Penyimpangan dari bisnis diatas seperti halnya, gaya penipuan yang semakin canggih seperti Mark-up pemalsuan data, penerbitan surat berharga fiktif, praktek money laundering, saling menjatuhkan, persaingan yang tidak sehat, uang, sogok, yang semir, kolusi pencairan dana, pembocoran rahasia, ekspor fiktif yang menghebohan karena merugikan negara materil maupun imateril.
Dalam pembangunan ekonomi terutama dalam dunia perbankan tidak hanya melihat bidang organisasi, manajemen, perencanaan jangka pandang, sistem informasi, budaya kerja, tapi yang sangat menentukan dan tidak kalah penting dengan lainnya adalah “etika Bisnis”.
Dalam rangka mengantisipasi globalisasi di bidang perdagangan, industri, khususnya sektor perbankan, maka sudah jelas bahwa tidak hanya segi strategi kompetisi , organisasi, teknologi. Namun yang menyangkut bercirikan etika bisnis yang tumbuh dan dijunjung tinggi oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia.Pemegang peranan penting dalam rangka menghadapi era globalisasi yang serba terbuka ini adalah manusia yang berperilaku. Sejauh mana manusia pebisnis itu memahami etika yang benar. Bagaimana seseorang menghargi suatu pandangan hidup yang memiliki bobot kearifan dan bagaimana seseorang menanggapi lingkungan sekitarnya. Karena itu kalau tidak ditata dan dikembangkan secara sadar, masalah ini tidak bisa menjadi makin kabur dan generasi mendatang tidak tahu lagi apa yang benar dan apa yang tidak benar.

B.      Rumusan Masalah

1.      Pengertian Etika
2.      Pelaku Bisnis
3.      Pentingnya Etika Dalan Berekonomi
4.      Etika Ekonomi dalam Distribusi dan Jasa
BAB 2

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Etika
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti sikap cara berpikir,watak, kesusilaan atau adat. Jadi secara etimologis etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berhubungan dengan baik atau buruk,yang telah disepakati bersama  mengenai sikap, perbuatan , kewajiban dan yang lainnya.
Hal itu menggambarkan bahwa etika sangat berkaitan erat dengan moral, tanggung jawab dan keadilan sosial.
Etika yang dimiliki individu secara luas mencerminkan karakter dari organisasi pelaku ekonomi. Etika menjelaskan tentang standard an norma perilaku agar terciptanya hubungan yang harmonis antar perilaku ekonomi  dan nilai-nilai etika akan mengarahkan dan memotivasi para pelaku ekonomi  untuk menjalankan kewajiban dan mencegah para pelaku ekonomi dari perilaku menyimpang yang merugikan pelaku lainnya

B.   Pelaku bisnis

Pelaku bisnis yang dikaitkan dengan etika adalah manusia itu sendiri. Oleh karena manusia itu bukanlah makhluk yang berdiri sendiri yang dapay mempertankan kediriannya tanpa ada perubahan-perubahan sikap atau penampilan, namun ia merupakan sosok makhluk yang terdiri dari jasmani rohani, yang mana didalamnya di samping ada yang berbentuk fisik material juga ada immaterial, seperti akal pikiran, emosi, perasaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu bilamana manusia dikaitkan dengan makhluk pelaku bisnis yang diharapkan memiliku bobot etika bisnis, maka tidak lepas dari sifat-sifat, kondisi atau keadaan struktur masyarakatnya, yaitu corak lingkungan social politik ekonomi dan budaya masyarakat tersebut.
Penulis tidak heran bilamana mendapat informasi tentang adanya manusia bersifat malaikat, dalam pengertian tidak tergoda akan pengaruh-pengaruh yag tidak bermoral apalagi menyimpang dari norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat. Demikian pula penulis tidaklah heran kalau di antara pebisnis ada yag muncul sebagai koboi bank yang bersifat serakah dan sikat kiri kanan tanpa memperdulikan rambu-rambu kesopanan maupun aturan yang ada.
Penampilan-penampilan diatas nampaknya diwarnai atau dipengaruhi oleh beberapa factor :
Pertama : Adalah factor dari dalam diri manusia, seperti suara hati manusia mengalami adanya hukum dalam hati yang tidak ia ciptakan sendiri melainkan sebagai yang harus ia taati. Suara hati itu memerintahkan manusia untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik dan menolak apa yang jahat. Bagi orang yang beriman, manusia mengalami dalam suatu hati seorang diri berada bersama dengan tuhan yang selalu menyapanya. Ada juga manusia yang menentang suara hatinya, menguburkan dalam-dalam teriakan suara hatinya yang terdalam untuk menampilkan suatu perilaku yang tidak terpuji. Karena manusia tersebut suara hatinya tidak menggetarkan dirinya untuk berbuat sesuatu yang baik karena ia telah menjadi tumpul karena kebiasaan berdosa.
Faktor ke dua : adalah melalui budaya seperti halnya alat-alat atau teknologi, yang mana tidak satu unsur pribadi manusia yang luput dari pengaruh teknik. Kemudian selanjutnya adanya “etos” masyarakat yaitu kompleks kebiasaan dan sikap-sikap manusia terhadap waktu, alam dan kerja.
Secara sosiologis etika bisnis merupakan salah satu produk social, merupakan produk lingkungannya. jadi atas dasar hal itu dapat kita katakan bahwa mau tidak mau lingkungan social, politik, ekonomi, budaya dari suatu masyarakat jelas berpengaruh terhadap bagaimana arti, bentuk dan penerapan etika bisnisnya.
Factor lain adalah sangat “inti” karena menyangkut hati dari kebudayaan. Yaitu pemahaman dari masyarakatcara bagaimana menafsirkan dirinya, sejarah dan tujuannya.
Lapisan yang mempengaruhi di sini adalah paham-paham atau keyakinan seseorang sehingga berpikir dan bertindak selalu berusaha sesuai dengan isme-isme yang melatar belakangi dari pihak pelaku bisnis.
Pengaruh lain yang dirasakan dahsat adalah karena adanya era globalisasi yang sangat derasis merubah pembangunan yang bercirikan agraris menjadi industrial area. Bahkan proses pembangunan membuat unsur perubahan tidak saja perubahan fisik tetapi juga perubahan dalam sistem nilai.
Bagaimanapun dahsatnya pengaruh di atas yang memiliki potensi untuk merubah pendirian pelaku bisnis. Namun yang patut dicamkan bahwasanya seseorang atau suatu masyarakat yang sudah siap dan sadar akan posisi dirinya, maka seorang pengusaha atau seorang bankir selalu menempatkan dirinya pada dua sisi, yakni ; mentalitas dan aspek profesionalisme.
Pelaku bisnis diberbagai lapangan, nampaknya masih jauh dari harapan bilamana perlaku bisnis akan ditempatkan pada posisi makhluk sadar akan kewajibannya sebagai dasar tindakan moral sebagaimana Kant mengatakan bahwa seseorang dianggap moralist dimana tindakannya benar-benar sesuai dengan kewajiban (auspt licht). Tindakan tersebut tidak didasari oleh karena adanya kecenderungan spontan atau selera pribadi, melainkan landasan tindakan itu demi kewajiban semata-mata, inilah tindakan yang baik. Baik pada dirinya sendiri(baik an sich).
Penulis masih berkesimpulan bahwa di Indonesia masih sukar diterapkan konsep moral dan etika Immanuel kant didalam paham imperatif katagoris ini didala dunia bisnis. Factor-faktor yang tidak dapat mewujudkannya karenan beberapa factor yang mempengaruhi pelaku bisnis. Factor-faktor yang tidak dapat mewujudkannya karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku bisnis tersebut. Walaupun tidak semua pebisnis demikian, tetapi pada umumya mereka masih bertindak karena adanya kepentingan sendiri, pertimbangan utung rugi, atau tidakan mereka hanya berusaha menyeseuaikan hukum, agar tidak dikategrikan melanggar hukum.
Di sinilah perlunya perhatian kita terhadap makhluk pebisnis tidak hanya diperhatikan bobot keerampilannya, tetapi benar-benar menyadari keberadaan dan fungsinya. Mereka harus menyadari bahwa kepercayaan dari pemerintah dan rakyat harus dipelihara. Seperti diberinya izin berarti pemerintah mempercayai kepada pemilik bank untuk menarik dan mengelola dana-dana masyarakat. Kalau mereka gunakan dana bank utuk kelompoknya sendiri, itu sama juga merampok negara. Janganlah pemilik bank cenderung menganggap bank adalah kasir mereka dapat di tarik kapan saja untuk kepentingan usaha sendiri. Mental semacam ini terus menghinggapi bank sampai sekarang.
Menurut hasil riset info bank selama ini menunjukkan, remuknya bank karena diperas habis-habisan oleh pemilik dan bankirnya sendiri.



C.               Pentingnya Etika dalam Berekonomi
AGAR bisa bertahan hidup, setiap manusia pasti melakukan berbagai upaya untuk mencapainya. Tidak terkecuali melakukan aktivitas ekonomi, sebagai salah satu cara. Pemenuhan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan dan papan, harus ditempuh melalui kerja-kerja ekonomi ini.
Namun, dalam menjalani proses kegiatan ekonomi itu, manusia seringkali melanggar etika. Manusia kerapkali melakukan kegiatan yang melabrak aturan dan mencederai nilai-nilai kemanusiaan yang pada gilirannya, merugikan orang lain. Kita ambil contoh, praktik monopoli dagang, penipuan, dan praktik-praktik bisnis tidak etis lainnya.

Tidak jarang, bentuk pelanggaran dalam aktivitas ekonomi "terinspirasi" oleh literatur atau buku-buku tentang ekonomi yang beredar di masyarakat yang lebih banyak didominasi pemikiran ekonomi Barat, terutama ekonomi kapitalisme, yang menempatkan mekanisme persaingan dan pasar bebas yang bersemangat liberalistis-individualistis, bukan semangat kerja sama. Di sinilah kebuasan singa dalam persaingan mendapatkan tempatnya.

Tindakan tidak manusiawi (misalnya penerapan upah buruh murah, praktik eksploitasi sumber daya alam, dan seterusnya) di antara individu, masyarakat dan negara, masih menjadi tontonan kita sehari-hari. Akibatnya, kekayaan ekonomi tidak menjadikan kehidupan manusia sejahtera, makmur dan damai. Malah seringkali membawa malapetaka seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, ketidakadilan pendapatan, kekerasan sosial, pengangguran, dan malapetaka-malapetaka lainnya.


Inilah akibat dari sistem ekonomi kapitalis yang gagal. Para penganjur atau penganut ideologi kapitalisme yang mempersiapkan manusia menuju keadilan dan kemakmuran dunia dengan prinsip pasar bebasnya terbukti tidak berhasil. Krisis ekonomi yang memporakporandakan bangunan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa belakangan ini adalah bukti nyata atas kegagalan ekonomi yang tidak terlalu memperhatikan nilai-nilai etis tersebut.




Dalam distribusi barang dan jasa, para pelaku harus memperhatikan etika zekonomi yakni :

A.  Pemerataan

1.         Pemerataan ke berbagai daerah, distribusi harus merata ke berbagai    daerah yang membutuhkan.
2.          Pemerataan kesempatan usaha, produsen besar harus memberikan   kesempatan kepada pedagang eceran dan agen untuk berusaha.

B.  Keadilan

1.         Keadilan terhadap produsen sejenis.
Dalam memasarkan produk, tidak boleh saling menjatuhkan satu sama lain. Boleh memamerkan keunggulan, tetapi tidak boleh menjelekan produk lain
2.         Keadilan terhadap konsumen.
Produsen sebaiknya memberikan informasi yang jelas, sehingga konsumen tidak dirugikan. Contoh : setiap kemasan dituliskan masa kadaluarsa dan lebel halal.

C. Ketapan waktu dan kwalitas.

Dalam pendistribusian barang sangat diperlukan ketepatan waktu terutama yang masa kadaluarsanya singkat. Demikian juga  dengan kwalitas yang harus terjaga dalam pendistribusian sat barang disalurkan, diupayakan tidak ada kerusakan, kerusakan barang berpengaruh pada harga yang sampai pada konsumen.







BAB 3

PENUTUP

A.               Kesimpulan
Dalam kondisi perekonomian dunia yang semakin kompetitif dan liberal seperti sekarang ini, yang tidak jarang menimbulkan iklim persaingan yang tidak sehat, kita sebagai Bangsa Indonesia memiliki landasan etika yang tanggung dan konsiten dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Etika ekonomi dapat menjadi batasan bagi aktivitas ekonomi yang dijalankan.

B.               Saran-saran
Kegiatan bisnis pada hakekatnya merupakan simbol kehidupan yang dinamis bagi manusia yang memfungsikan jiwa, akal pikiran dan panca inderanya untuk mengantisipasi keberlangsungan keberadaan makhluk yang berpikir didalam suatu konstalasi suasana ruang waktu yang saling terkait.






DAFTAR PUSTAKA

Ernawan Erni, 2011.  Business Ethics, Bandung : Alfabeta
http://ilmugreen.blogspot.com.
http://wwwmedanbisnisdaily.com
https://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Pages